78 erek erek

2024-10-08 00:13:12  Source:78 erek erek   

78 erek erek,surgawin slot login,78 erek erekJakarta, CNN Indonesia--

Ribuan warga Korea Selatanberunjuk rasa di ibu kota Seoul mendesak pemerintah bertanggung jawab atas meningkatnya kasus pornografi deepfake.

South China Morning Post (SCMP) melaporkan sekitar 1.200 pedemo yang mewakili ratusan organisasi sipil berdemonstrasi di Seoul pada Jumat (6/9) malam, sambil meneriakkan dukungan untuk mendapatkan kembali kehidupan yang aman tanpa rasa cemas karena deepfake.

"Mari kita berhenti cemas dan takut, dan berjuang untuk mendapatkan kembali kehidupan kita!" seru para pedemo.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka mengatakan kurangnya tindakan dan dukungan pemerintah terhadap korban mengakibatkan masalah pornografi deepfake semakin meluas.

Lebih dari itu, budaya misogini sistemik yang mengakar di Korsel juga semakin membuat kasus ini membiak tak terkendali.

"Sebagai salah satu dari 20 korban kasus ini, yang membuat saya marah dan takut adalah fakta bahwa pelaku dipandang sebagai teman dan mahasiswa teladan," kata seorang korban kasus deepfake di Universitas Hanyang.

"Meskipun dia dikeluarkan karena membuat konten pornografi menggunakan wajah teman-teman sekelasnya, dia pada akhirnya dibebaskan di pengadilan," lanjutnya.

Lihat Juga :
Australia Siapkan UU Larang Anak-anak Main Medsos

Choi Ji Soo, pedemo berusia 30-an, mengatakan aparat berwenang juga ikut bertanggung jawab karena tak membantu korban yang membuat laporan atas kasus pelecehan.

Aparat disebut acapkali meminta para korban membawa bukti video pelecehan agar kasusnya bisa ditindak.

Sementara itu, Kim Chan Seo dari Pusat Pendidikan dan Konseling Seksualitas Remaja Aha, mengatakan kurangnya pendidikan seks yang komprehensif di Korea Selatan menjadi salah satu faktor penyebab masalah ini memburuk seiring waktu.

Pasalnya, laki-laki jadi beralih "ke metode yang lebih kejam untuk memahami dan mengekspresikan seksualitas mereka."

"[Ini] menciptakan tempat berkembang biak bagi budaya pemerkosaan," ujarnya.

Pilihan Redaksi
  • Pidato Paus Fransiskus di Dili Singgung RI-Timor Leste
  • Polisi Timor Leste Dituduh Kasar, Gusur Kaki Lima Jelang Lawatan Paus
  • Timor Leste Banjir Kritik usai Gelontor Rp185 M Sambut Paus Fransiskus

Masalah pornografi deepfake di Korea Selatan sendiri mencuat bulan lalu ketika sejumlah chat rooms atau ruang obrolan di Telegram bocor ke publik, yang diduga mendistribusikan materi pornografi deepfake dengan korbannya mulai dari anak di bawah umur hingga mahasiswa, guru, serta personel militer.

Satu ruang obrolan kedapatan memiliki lebih dari 220 ribu anggota.

Sejumlah pihak pun marah dan kecewa karena pemerintah serta aparat tak ada yang bertindak becus selama ini hingga masalah ini membesar.

Polisi sendiri sudah menyelidiki kasus penyebaran konten pornografi deepfake tersebut.

Telegram sementara itu telah meminta maaf kepada pihak berwenang Korsel karena kelalaiannya menangani materi deepfake dan berjanji untuk menghapus beberapa konten deepfake tertentu sesuai permintaan Seoul.

"Pihak berwenang kami fokus untuk menghentikan penyebaran konten dan menghapus gambar-gambar tersebut. Tapi langkah itu tidak mencegah hal ini terjadi lagi," ujar Chang Da Hye dari Institut Kriminologi dan Keadilan Korea.

Secara historis, Korea Selatan tidak menjatuhkan hukuman pada platform atas kasus kejahatan seksual online.



Undang-Undang Hukuman Kekerasan Seksual yang direvisi tahun 2020 memungkinkan pelaku kejahatan seks deepfake dibui hingga lima tahun penjara atau dikenakan denda hingga 50 juta won (setara Rp575 juta).

Kendati, hanya sedikit pelaku yang dihukum dengan undang-undang tersebut. Data kepolisian menunjukkan tingkat penangkapan untuk kasus-kasus semacam itu hanya 48 persen pada tahun lalu.

Baru-baru ini, Badan Kepolisian Nasional pun memulai penyelidikan terhadap Telegram karena berpotensi membantu penyebaran deepfake. Langkah ini menandai perubahan signifikan dalam pendekatan penegakan hukum di Korea Selatan.

(blq/dna)

Read more