jarum 4d togel

2024-10-07 22:08:59  Source:jarum 4d togel   

jarum 4d togel,macan33 slot,jarum 4d togel

Jakarta, CNBC Indonesia- "Resesi seks" di China makin berdampak ke perekonomian. Sebelumnya istilah ini terkenal karena digunakan untuk menggambarkan penurunan angka kelahiran di suatu negara, salah satunya karena fenomena keengaanan menikah dan punya anak, termasuk berhubungan seksual.

Mengutip Reuters,Senin (23/9/2024), negeri pemerintah Presiden Xi Jinping kini kebanjiran susu "yang tidak diinginkan". Karena angka kelahiran yang menurun dan konsumen yang sadar biaya telah memangkas permintaan bahkan ketika peternakan sapi perah berkembang dalam beberapa tahun terakhir.

Baca:
Iron Dome Bobol, Potret Israel Porak-poranda Dihajar 100 Roket

Ini akhirnya memaksa petani kecil gulung tikar. Hal tersebut pun berimbas ke pengiriman ke negara pengimpor terbesar di dunia.

Salah satu produsen utama melaporkan pengurangan separuh dari jumlah ternak sapi perahnya pada paruh pertama tahun ini, membukukan kerugian bersih sebesar 207 juta yuan (sekitar Rp 21 miliar). "Perusahaan peternakan sapi perah merugi karena menjual susu dan menjual daging," kata Li Yifan, Kepala Peternakan Sapi Perah (Asia) di perusahaan jasa keuangan komoditas StoneX.

Baca:
Timur Tengah Makin Membara, Perang Israel-Hizbullah Makin Menggila

Terbebani oleh ekonomi yang lesu yang melemahkan permintaan untuk makanan berharga tinggi seperti keju, krim, dan mentega serta populasi yang menua, konsumsi susu China memang turun dari 14,4 kg per kapita pada tahun 2021 menjadi 12,4 kg pada tahun 2022. Padahal pada saat yang sama, produksi susu di China, produsen terbesar ketiga di dunia, melonjak menjadi hampir 42 juta ton tahun lalu, dari 30,39 juta ton pada tahun 2017 alias melampaui target Beijing tahun 2025 sebesar 41 juta ton

Harga susu di China juga telah turun sejak 2022 hingga di bawah biaya produksi rata-rata sekitar 3,8 yuan (sekitar Rp 8.100) per kg. Ini menyebabkan banyak peternakan yang merugi tutup dan peternakan lainnya mengurangi jumlah ternak mereka dengan menjual sapi untuk diambil dagingnya - pasar lain yang kelebihan pasokan.

Baca:
Banjir & Longsor Maut Hantam Jepang, 1 Tewas-11 Hilang

"Volume impor bersih produk susu pada tahun 2024 juga kemungkinan akan turun sebesar 12% dari tahun sebelumnya dan siklus penurunan susu yang berkepanjangan dapat terus memengaruhi volume impor pada tahun 2025," kata analis dari Rabobank Research dalam sebuah catatan bulan lalu menunjuk susu di China.

Perlu diketahui, industri susu China menjamur setelah seruan Beijing pada tahun 2018 untuk lebih banyak peternakan dan hasil yang lebih tinggi. Ini bagian dari dorongan yang lebih luas untuk swasembada pangan yang lebih besar, memacu proliferasi peternakan dan impor ratusan ribu sapi Holstein untuk persediaan mereka.

Namun selain ekonomi yang melambat, penurunan kelahiran juga berarti lebih sedikit bayi yang membutuhkan susu formula. Angka kelahiran China tahun 2023 mencapai rekor terendah 6,39 per 1.000 orang, turun dari 12,43 pada tahun 2017, menurut data pemerintah.

"Pasar susu formula bayi di China menurun sebesar 8,6% dalam volume dan 10,7% dalam nilai selama tahun fiskal 2024 yang berakhir pada bulan Juni dan mungkin akan terus menurun pada tahun 2025," ungkap A2 Milk Company Selandia Baru, yang menjual susu formula bayi di China pada bulan Agustus.

Baca:
'Perang' China VS Eropa Masuki Babak Baru, Mau Damai?

(sef/sef) Saksikan video di bawah ini:

Video: Fenomena Rumah Kosong Makin Marak di Jepang

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Resesi Seks Bikin Ekonomi Negara Babak Belur, China Sudah Membuktikan

Read more