pawon tempuran

2024-10-08 05:47:40  Source:pawon tempuran   

pawon tempuran,68 erek,pawon tempuranJakarta, CNN Indonesia--

Populasi China kembali menyusut dalam dua tahun berturut-turut dengan jumlah penduduk berkurang 2.08 juta orang pada 2023. Jumlah penduduk China kini menjadi 1,409 miliar.

Jumlah ini melebihi penurunan populasi pada 2022 yang mencapai 850.000 orang, krisis populasi perdana di China sejak 1961 silam.

Penyusutan populasi ini menandai fenomena resesi seks dan tantangan demografi yang dihadapi pemerintahan Presiden Xi Jinping di tengah pelemahan ekonomi China belakangan ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Artinya, hanya ada 9.02 juta bayi yang lahir pada 2023, dibandingkan 9,56 bayi yang lahir pada 2022.

Kenapa populasi China menurun?

China mengalami lonjakan kasus Covid-19 pada awal tahun lalu setelah pemerintah mencabut pembatasan ketat pada Desember 2022, yang membuat kondisi negara itu terkendali sejak pandemi.

Total kematian pada tahun lalu di China naik 6,6 persen menjadi 11,1 juta orang. Tingkat kematian ini menjadi yang tertinggi sejak 1974 selama Revolusi Kebudayaan.

Jumlah kelahiran, sementara itu, turun 5,7 persen menjadi 9,02 juta, dengan tingkat kelahiran mencapai rekor terendah yakni 6,39 kelahiran per 1.000 orang. Pada 2022, tingkat kelahiran mencapai 6,77 kelahiran.

Tingkat kelahiran ini sendiri anjlok akibat kebijakan satu anak yang diterapkan pemerintah dari 1980 sampai 2015.

Selain itu, ada pula faktor urbanisasi di mana warga kebanyakan pindah dari desa ke kota, yang biaya hidupnya jauh lebih mahal terutama untuk membesarkan anak. Hal ini menjadikan banyak generasi usia produktif berpikir ulang menunda bahkan memutuskan untuk tidak memiliki keturunan.

Lebih dari itu, pada 2023, tingkat pengangguran di antara kaum muda bahkan mencapai rekor tertinggi. Sejalan dengan itu, upah para pekerja kantoran juga turun sehingga banyak yang tak ingin ambil risiko untuk memiliki anak.

Pilihan Redaksi
  • Menteri-Militer Israel Ribut Lagi sampai Alasan Irak-Kurdi Benci Kurdi
  • Raja Charles III Sakit, Bakal Jalani Operasi
  • Afsel Bakal Gugat AS-Inggris ke ICJ Gegara Dukung 'Genosida' Israel

Karena penyusutan ini, para ahli Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa populasi China akan berkurang 109 juta pada 2050. Angka ini lebih dari tiga kali lipat perkiraan PBB pada 2019, demikian dikutip dari Reuters.

Penurunan angka kelahiran di China ini terjadi meskipun ada desakan dari pemerintah untuk mendorong lebih banyak pasangan menikah dan memiliki anak.

Pada 2015, China bahkan mencabut kebijakan satu anak cukup yang telah berlangsung selama puluhan tahun lantaran menyadari aturan itu menyebabkan penyusutan populasi saat ini.

Penyusutan populasi ini juga terjadi kala pertumbuhan ekonomi China hanya tumbuh 5,2 persen selama 2023. Meski mencapai lebih dari target, namun pertumbuhan ekonomi China ini menjadi salah satu yang terburuk selama lebih dari tiga dekade.

Presiden Xi Jinping bahkan sampaiblak-blakan bahwa ekonomi negaranya sedang dalam keadaan sulit. Hal ini ditandai dengan pelemahan dunia bisnis dan sulitnya warga mendapat pekerjaan.

Curhatan itu disampaikan Xi saat menyampaikan pidato menyambut Tahun Baru 2024 pada Minggu (31/12). Ini pertama kalinya Jinping mengakui kondisi berat ekonomi Tiongkok sejak menjabat pada 2013 lalu.

"Beberapa perusahaan (bisnis) mengalami masa sulit. Beberapa orang kesusahan mendapatkan pekerjaan dan memenuhi kebutuhan dasar. Semua ini menjadi pikiran saya," kata Xi dalam sambutannya, yang juga diedarkan secara luas oleh media pemerintah.

(blq/rds)

Read more