tinggi ernando ari

2024-10-07 23:53:04  Source:tinggi ernando ari   

tinggi ernando ari,no togel gigi,tinggi ernando ari

Jakarta, CNBC Indonesia-Target perekonomian yang kini dinginkan Presiden Terpilih Prabowo Subianto ternyata pernah terwujud pada era Presiden ke-2 Soeharto. Kala itu ekonomi berhasil tumbuh pada level 8-9%.

"Rata-rata pertumbuhan 8% pernah dicapai pada 1989 hingga 1996 di mana pertumbuhan dapat mencapai 8 - 9 % dalam satu tahunnya," ungkap Eisha Maghfiruha Rachbini, Ekonom INDEF dalam diskusi panel, Senin (23/9/2024)

Pilihan Redaksi
  • Kronologi Raksasa Otomotif di Ujung Tanduk, Pemerintah Turun Tangan
  • Ciri-Ciri Saham Gorengan, Investor Pemula Wajib Tahu
  • Timbunan Perak Ditemukan Dekat RI, Ternyata Tanda Petaka Besar
  • "Resesi Seks" China Ngeri, Xi Jinping Banjir Susu yang Tak Diinginkan
  • Mulai Lelah, Pasar Kripto Turun Sejenak

Kunci keberhasilan pemerintahan order baru adalah peningkatan industri manufaktur, bukan hilirisasi. Menurut Eisha, jurnal yang menjelaskan tentang hilirisasi mampu mengubah ekonomi satu negara masih terbatas. Perubahan justru ada karena industrialisasi, terutama pada sektor manufaktur.

Data menunjukkan, pada era ekonomi nasional meroket, industri manufaktur juga meningkat. Tahun 1989 industri manufaktur tumbuh 19% dan terus meningkat menjadi 25%.

"Sayangnya, pada dekade terakhir, kontribusi sektor industri terus menurun. Bahkan pada 2023 tumbuh hanya 18%. Hal itu salah satu titik cukup rendah dibandingkan prestasi di tahun 80an. Seolah-olah kembali terjadi de-industrialisasi dini," paparnya.

Artinya, Eisha menegaskan kondisi industri nasional terus memburuk. Pertumbuhan industri di Indonesia belum mencapai taraf penghasilan per kapita setara negara maju. Sementara industri jasa mulai naik tinggi, khususnya pada sektor informal. Ini mengkhawatirkan, karena sektor tersebut cukup rapuh terhadap gejolak.

Eisha menjelaskan, masalah industri nasional masih bertumpu pada komoditas bukan teknologi tinggi. Produktivitas juga rendah seiring dengan masalah tenaga kerja. Indonesia masih tertinggal dari China dan Jepang. Daya saing tenaga kerja juga masih di bawah Thailand.

"Juga inovasi dan teknologi, lalu masalah kawasan industri yang banyak dibangun tapi operasional, utilitas masih menjadi tantangan. Begitu pula infrastruktur dan penggunaan komponen dalam negeri untuk produk industri pengolahan, beserta penggunaan material saat ini masih tergantung impor," ujarnya.

Situasi tersebut harus diubah pada era pemerintahan Prabowo. Menurut Eisha, Indonesia memiliki kemampuan untuk kembali tumbuh tinggi dengan segala sumber daya yang ada.

"Seharusnya dengan economy complexity yang tinggi sebenarnya menunjukkan Indonesia akan mampu memproduksi dengan baik, nilai tambahnya tinggi, berkualitas dgn high tech technology, sehingga bisa memberikan produktivitas dan memiliki inovasi dan keterampilan tinggi. Hingga kemudian bisa menaikkan daya siang ekspor. Pada gilirannya akan menumbuhkan ekonomi dan mendorong penggunaan emisi, menyediakan lapangan kerja, menurunkan pengangguran dan mengurangi kemiskinan," terang Eisha.

"Hal di atas yang menjadi landasan di mana ketika ingin menjadi negara maju kita perlu meningkatkan nilai tambah dan berproduksi via industri manufaktur yang dapat menyediakan nilai tambah dan export complexity yang juga tinggi. Juga export diversifikasi sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi."


(mij/mij) Saksikan video di bawah ini:

Video: Alasan Kabinet "Jumbo" Prabowo Bisa Jadi "Bencana" ke Industri

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Ngeri, Industri Pesawat-Tekstil Tak Kunjung Pulih dari Efek Pandemi

Read more