dewaslot99 vip

2024-10-08 04:02:24  Source:dewaslot99 vip   

dewaslot99 vip,salam 888 slot,dewaslot99 vipJakarta, CNN Indonesia--

Pemimpin oposisi RusiaAlexei Navalny yang tewas dalam jeruji saat menjalani hukuman 19 tahun penjara, kini menyita perhatian dunia.

Pengadilan di Rusia memvonis Navalny dengan tuduhan ekstremisme.

Dalam rilis resmi pekan lalu, layanan penjara di wilayah Yamalo-Nenets menyatakan Navalny sempat merasa tak enak badan sebelum meninggal. Dia juga sempat berjalan-jalan, lalu kehilangan kesadaran.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lihat Juga :
Pakar Asing Prediksi Nasib Papua di Bawah Pemerintahan Prabowo

Siapa Alexei Navalny?

Navalny lahir di bagian barat Moskow pada 4 Juni 1975. Saat berkuliah, dia mengambil jurusan hukum lalu menempuh pascasarjana di bidang ekonomi pada 2001, dikutip Associated Press.

Tiga tahun setelahnya, Navalny membentuk gerakan melawan pembangunan berlebihan yang merajalela di Moskow. Oposisi Rusia ini juga fokus terkait isu korupsi di kalangan elit Rusia.

Nama Navalny mulai menjadi pembicaraan publik pada 2008. Ketika itu di blognya, dia menuding terdapat korupsi di perusahaan milik negara seperti raksasa gas Gazprom dan raksasa minyak Rosneft.

Hari-hari setelah itu, dia kian intensif bergelut di bidang anti-korupsi. Navalny bahkan sampai mendirikan proyek anti korupsi yang menganalisis pengeluaran lembaga dan perusahaan negara, Rospil.

Tak tanggung-tanggung, RosPil juga mengungkap pelanggaran dan menggugat temuan mereka ke perusahaan terkait di pengadilan.

Lihat Juga :
Rusuh di Tetangga RI, Kenapa Sampai Konflik Antarsuku?

Lalu pada 2011, dia mendirikan Yayasan Pemberantasan Korupsi yang digunakan untuk mengungkap korupsi di kalangan petinggi politikus Rusia.

Pada akhir 2011, nama Navalny kembali menjadi sorotan usai berpartisipasi dalam protes massal karena dugaan kecurangan dalam pemilu parlemen Rusia. Di aksi ini bahkan ada pihak yang sengaja menyiram dia dengan cairan tertentu.

Petugas menangkap dan menjebloskan Navalny ke penjara selama 15 hari karena tuduhan "melawan pejabat pemerintah."

Pada 2012, usai Vladimir Putin kembali terpilih menjadi presiden dan dilantik, protes massal terjadi di mana-mana termasuk Moskow.

Navalny ikut aksi. Dia juga menuduh Wakil Perdana Menteri Rusia Igor Shuvalov dan sekutu dekat Putin yang juga Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov melakukan korupsi.

Aktivitas Navalny ternyata meresahkan pemerintah Rusia. Pada Juli 2012, Komite Investigasi menuntut dia melakukan penggelapan di perusahaan kayu milik negara, Kirovles. Namun, Navalny meyakini tuduhan ini bermotif politik.

Lima bulan setelahnya, Komite Investigasi kembali meluncurkan penyelidikan lain atas tuduhan penggelapan di anak perusahaan Yves Rocher. Navalny menganggap investigasi ini bermotif politik.

Pilihan Redaksi
  • Pakar Asing Prediksi Relasi RI, AS, dan China jika Prabowo Presiden
  • Ramalan 3 Pakar Asing soal Nasib Demokrasi RI jika Prabowo Presiden
  • Pakar Prediksi Hubungan Internasional RI di Bawah Prabowo

Pada Desember 2014, Navalny dan saudaranya Oleg dinyatakan bersalah melakukan penipuan dalam kasus Yves Rocher. Navany menerima hukuman percobaan dan saudaranya dijatuhi hukuman penjara.

Aktivitas dia di isu korupsi tak berhenti di sana. Pada 2017, Navalny merilis film dokumenter YouTube yang menuduh Perdana Menteri Dmitry Medvedev melakukan korupsi.

Film itu ditonton lebih dari tujuh juta kali dalam minggu pertama dan memicu serangkaian protes anti-korupsi di seluruh Rusia.

Pada 2020, Navalny kembali menjadi sorotan usai sakit dalam penerbangan dari Tomsk. Pesawat sampai harus melakukan pendaratan darurat. Navalny lalu koma. Sejumlah pihak pun menuduh dia diracun.

Dia lalu diterbangkan ke Berlin pada Agustus 2020. Setelah lima bulan di Jerman, Navalny kembali ditangkap saat kembali ke Rusia.

Pengadilan menyatakan Navalny melanggar pembebasan bersyarat dan dijatuhi hukuman 2,5 tahun penjara. Saat di penjara, dia mogok makan selama tiga pekan dan kurang tidur.



Pada Maret 2022, pengadilan menjatuhkan hukuman tambahan sembilan tahun karena penggelapan dan penghinaan terhadap pengadilan.

Lalu pada Agustus 2023, pengadilan menyatakan Navalny bersalah dan memvonis 19 tahun penjara dengan tuduhan ekstremisme.

(isa/dna)

Read more