oriontoto login

2024-10-08 02:20:54  Source:oriontoto login   

oriontoto login,tang togel,oriontoto loginJakarta, CNN Indonesia--

Serangan udara Iranpada Sabtu (13/4) lalu memantik amarah bagi Israel, karena merupakan serangan langsung yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Israel sampai berjanji bakal membalas lebih dari 300 proyektil Iran, meski negara-negara Barat sudah mewanti-wanti untuk tidak memperkeruh situasi.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan negaranya yang akan memutuskan bagaimana mereka akan membalas Teheran.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kabinet perang Israel sudah beberapa kali rapat untuk mendiskusikan respons yang akan mereka lakukan terhadap Iran.

Presiden Iran Ebrahim Raisi sementara itu mengancam bakal menyerang brutal Negeri Zionis jika berani balas menyerang. Pasalnya, serangan Iran ke Israel pada akhir pekan itu merupakan balasan atas serangan udara Israel terhadap fasilitas kedutaan besar Iran di Damaskus, Suriah, 1 April lalu.

Tujuh orang tewas dalam serangan tersebut. Dua di antaranya merupakan jenderal Korps Garda Revolusi Iran (IRGC).

Israel pun sempat melancarkan serangan menggunakan drone-drone ke Kota Isfahan pada Jumat (19/4). Teheran kemudian mampu menangkal serangan tersebut hingga tak menimbulkan kerusakan termasuk fasilitas nuklir di Isfahan.

Meski demikian, pihak militer Israel menyatakan bahwa serangan tersebut sekedar pesan peringatan ke Iran bahwa Tel Aviv mampu menjangkau wilayah-wilayah vital di Iran.

Bagaimana Iran bertahan saat digempur Israel?

Lihat Juga :
Update Terkini Israel Serang Konjen di Damaskus hingga Dibalas Iran

Mengandalkan senjata pertahanan lokal

Dilansir Al Jazeera, selama beberapa dekade Iran bersikeras untuk mengandalkan kemampuannya sendiri dalam sejumlah hal, baik soal ekonomi maupun militer.

Sebagian besar akibat perangnya dengan Irak, yang sempat menginvasi Iran pada 1980 di bawah perintah mantan penguasa Irak Saddam Hussein. Saat itu, Baghdad didukung secara militer oleh banyak kekuatan asing, termasuk Amerika Serikat.

Karenanya, setelah perang berakhir, Teheran memantapkan diri untuk memperkuat militernya sendiri agar mampu bersaing di kancah global.

Namun demikian, selama berpuluh-puluh tahun, Iran berada di bawah sanksi-sanksi dan embargo dunia. Kemampuan udara Iran pun terhambat oleh berbagai jet tempur canggih yang dimiliki AS dan Barat.

Lihat Juga :
AS Veto Resolusi soal Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Meski begitu, Iran menerima dukungan dari Rusia. Saat ini, Iran sebagian besar mengoperasikan jet tempur Sukhoi dan MiG buatan Rusia yang berasal dari era Uni Soviet.

Angkatan udara Iran juga sudah mulai membangun jet sendiri, seperti Saeqeh dan Kowsar yang mengikuti desain AS. Kendati begitu, ada anggapan bahwa jet-jet ini masih tak bisa melawan jet tempur top F-35 yang dipakai Israel dalam jumlah besar.

Pengiriman dua lusin jet tempur Su-35 buatan Rusia saat ini bisa secara signifikan merevitalisasi angkatan udara Iran. Tetapi, itu tak akan betul-betul menghilangkan kebutuhan Iran akan pertahanan udara yang kuat.

Lanjut ke halaman berikutnya...

Rudal jarak jauh

Sejak beberapa waktu terakhir, Iran sudah mencoba mengimbangi jet tempur domestiknya yang tua dengan program rudal mereka.

Ini untuk meningkatkan sistem pertahanan udara Teheran, selain dengan upaya mereka mengubur beberapa pangkalan udara, depot rudal, serta fasilitas nuklirnya jauh di pegunungan untuk menghindari serangan Israel.

Selama enam bulan agresi di Gaza Palestina, Israel banyak menggunakan bom bunker buster yang diberikan AS untuk mengacaukan kelompok Hamas.

Seiring dengan ini, Iran memiliki Bavar-373, sistem pertahanan rudal jarak jauh yang dikembangkan secara lokal dan diuji selama satu dekade hingga 2019. Bavar-373 saat ini telah ditingkatkan secara signifikan untuk bertempur.

Lihat Juga :
Di Depan Menlu China, Retno Sebut Akar Konflik Timteng Isu Palestina

Bavar-373 memiliki jangkauan deteksi radar sejauh 450 kilometer dari sebelumnya 350 kilometer. Sistem pertahanan udara ini juga telah dilengkapi rudal surface-to-air Sayyad 4B yang canggih.

Bavar-373 disebut-sebut mampu mengunci target, termasuk rudal balistik jarak jauh, drone, dan jet tempur siluman hingga 400 kilometer. Bavar-373 juga mampu melacak 60 target dengan 6 target sekaligus dalam satu waktu.

Lebih dari itu, Bavar-373 juga bisa menghantam proyektil pada jarak hingga 300 kilometer.

Media pemerintah Iran mengatakan sistem ini, dalam beberapa aspek, lebih unggul daripada sistem S-300 buatan Rusia dan bahkan sebanding dengan baterai S-400, yang merupakan salah satu sistem pertahanan udara paling canggih di dunia.

[Gambas:Photo CNN]



Sistem pertahanan rudal berlapis

Iran saat ini juga mengoperasikan berbagai macam baterai pertahanan rudal yang dikembangkan secara lokal menggunakan berbagai rudal untuk membangun lapisan pertahanan di belakang sistem jarak jauh.

Beberapa sistem pertahanan jarak menengah, seperti Arman, Tactical Sayyad, dan Khordad-15 mampu mempertahankan langit Iran dari ancaman pada jarak hingga 200 kilometer dengan ketinggian berbeda.

Arman dipasang di bagian belakang truk militer dan siap dikerahkan cuma dalam beberapa menit. Arman memiliki dua versi, yakni yang menggunakan active electronically scanned array radars dan passive electronically scanned array radars.

Arman dirancang untuk melawan senjata balistik taktis yang dimaksudkan untuk medan perang di bawah 300 kilometer.

Lihat Juga :
Prabowo Terima Telepon dari Presiden Korsel Yoon, Bahas Apa?

Jika ancaman itu pada akhirnya berhasil menembus langit Iran usai menghindari sistem jarak menengah, proyektil-proyektil ancaman akan dihadapkan dengan baterai jarak pendek seperti Azarakhsh, Majid, dan Zoubin.

Azarakhsh adalah sistem yang dirancang untuk pertempuran berketinggian rendah guna melawan ancaman seperti drone dan quadcopters. Azarakhsh mampu mendeteksi target pada jarak 50 kilometer.

Beberapa sistem pertahanan rudal Iran juga mampu diluncurkan secara vertikal, yang artinya bisa digunakan oleh kapal perang.

Iran selain itu juga punya banyak jenis rudal balistik dan jelajah yang mampu menjangkau hingga 2.000 kilometer. Hal ini seiring dengan kepemilikan akan drone pengintai dan serang yang beberapa di antaranya digunakan dalam serangan pada Sabtu lalu.

Read more