dewa16 login

2024-10-08 03:53:14  Source:dewa16 login   

dewa16 login,pengeluaran toto 5d,dewa16 login

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan RI bergerak hijau kemarin, IHSG tembus ATH lagi, sementara rupiah menguat tipis dibandingkan dolar AS. 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup bergairah pada perdagangan Selasa (10/9/2024) dan kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masanyai.

IHSG ditutup menguat 0,76% ke posisi 7.761,39. IHSG pun kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masanya (all time high/ATH) lagi, di mana terakhir IHSG mencetak ATH yakni pada perdagangan 6 September lalu di 7.721,85.

Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan mencapai sekitar Rp 11 triliun dengan volume transaksi mencapai 23 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 306 saham naik, 276 saham turun, dan 215 saham stabil.

Secara sektoral, sektor teknologi dan infrastruktur menjadi yang paling kencang dan turut membantu IHSG menguat pada akhir perdagangan, yakni masing-masing mencapai 2,29% dan 1,63%.

Sedangkan dari sisi saham, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi penopang terbesar yakni mencapai 30 indeks poin. Selain BREN, ada saham perbankan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sebesar 8,3 indeks poin dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) sebesar 6,7 indeks poin.

IHSG bergairah di tengah optimisme pasar akan dipangkasnya suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed). Pada pekan depan, The Fed akan melakukan pertemuannya.

Beralih ke rupia terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kditutup menguat tipis pada akhir perdagangan Selasa (10/09/2024) di tengah respon positif pasar yang sama terhadap wait and seerilis suku bunga bank sentral AS (The Fed).

Melansir dari Refinitiv,nilai mata uang garuda ditutup pada posisi Rp15.445/US$, menguat 0,03% dari harga penutupan akhir pekan kemarin Senin (09/09/2024).

Pasar yang masih mencerna data tenaga kerja AS terbaru yang dirilis pada akhir pekan lalu membuat ekspektasi penurunan suku bunga menurun.

Data yang beragam pada pekan lalu, terutama laporan ketenagakerjaan pada Agustus, menyebabkan investor mengurangi ekspektasi bahwa The Fed akan mengeluarkan pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin (bp) ketika mengadakan pertemuan kebijakan minggu depan.

Namun, pandangan terakhir menurut alat FedWatch CME pelaku pasar lebih optimis the Fed memangkas suku bunga dengan soft landing sebesar 25 bp dengan peluang 71%. Sisanya, hanya 29% kemungkinan terjadi penurunan sebesar 50 bp.

Di lain sisi, ada sedikit kabar kurang menggembirakan datang dari China, di mana inflasi China tumbuh lebih lambat dari perkiraan pada Agustus lalu, yakni hanya tumbuh 0,6% (year-on-year/yoy). Sementara dalam basis bulanan tumbuh 0,4% (month-to-month/mtm).

Konsensus yang dihimpun oleh Trading Economicsmemperkirakan inflasi China pada Agustus akan tumbuh lebih cepat menjadi 0,7% (yoy) dibandingkan bulan sebelumnya tumbuh 0,5% yoy. Sementara inflasi bulanan diperkirakan akan stabil di 0,3% (mtm).

Seiring dengan inflasi konsumen yang melambat. Indeks harga produsen (PPI) di Tiongkok pada Agustus malah mengalami deflasi 1,8%, lebih dalam dari perkiraan sebesar 1,4% dan bulan sebelumnya 0,8%.

Perlu dicatat, inflasi di China terbilang cukup rendah, dengan kondisi yang melambat tak sesuai ekspektasi, jika ditambah neraca dagang ikut mengalami kondisi yang sama, ini akan semakin menunjukkan ekonomi negeri tirai bambu yang semakin loyo.

Padahal, posisi China merupakan mitra utama perdagangan Indonesia baik ekspor maupun impor. Oleh karena itu, data ekonomi sang Naga Asia ini patut diperhatikan lantaran akan mempengaruhi perdagangan di Tanah Air.

Pergerakan bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street bergerak beragam jelang rilis data inflasi nanti malam

Dow Jones Industrial Average turun 92,63 poin, atau 0,23%, menjadi 40.736,96, S&P 500 menguat 24,47 poin, atau 0,45%, menjadi 5.495,52, dan Nasdaq Composite naik 141,28 poin, atau 0,84%, menjadi 17.025,88.

Indeks S&P 500 dan Nasdaq menguat sementara harga minyak mentah Brent mencapai titik terendah dalam 3-1/2 tahun pada hari Selasa di tengah kekhawatiran atas melemahnya permintaan global sehari menjelang data inflasi utama.

Pelaku pasar bersiap menyambut laporan indeks harga konsumen dari Departemen Tenaga Kerja, dan debat pertama antara Wakil Presiden Kamala Harris dan mantan Presiden Donald Trump , yang terlibat dalam persaingan ketat untuk menduduki Gedung Putih.

Data dari China yang menunjukkan lonjakan ekspor tampaknya merupakan antisipasi tarif yang lebih ketat dari mitra dagang, termasuk pemerintahan AS yang akan datang.

Saham teknologi berkapitalisasi besar dan saham terkait teknologi membantu mendorong Nasdaq, sementara S&P 500 membukukan kenaikan yang lebih moderat dan indeks Dow berakhir di zona merah.

"Hari ini benar-benar terasa seperti masa tenang sebelum badai," kata Ryan Detrick, kepala strategi pasar di Carson Group di Omaha. "Kita tentu akan menyaksikan debat presiden pertama antara Trump dan Harris malam ini, tetapi kemudian kita akan melihat data inflasi CPI besok dan investor sedang mogok sekarang karena tidak ada aksi beli atau jual besar-besaran."

Saham bank-bank besar berada di bawah tekanan setelah Wakil Ketua Pengawasan Federal Reserve Michael Barr mengumumkan revisi besar-besaran rencana modal bank.

Sektor ini semakin terguncang setelah JPMorgan Chase mengeluarkan peringatan pendapatan bunga karena suku bunga diperkirakan akan turun.

Peringatan dari JPMorgan Chase "adalah pengingat bahwa masih ada beberapa keretakan dalam perekonomian saat kita memasuki akhir tahun," tambah Detrick.

Laporan CPI hari Rabu diperkirakan menunjukkan inflasi bergerak mendekati target Federal Reserve sebesar 2%, mencerminkan keyakinan Ketua Fed Jerome Powell bahwa pertumbuhan harga terkendali, dan melemahnya pasar tenaga kerja menunjukkan sudah tiba saatnya untuk penurunan suku bunga.

Pelaku pasar hari ini akan mengalihkan fokus pada penantian  rilis data dari AS terkait inflasi periode Agustus 2024 yang diperkirakan bisa melandai ke 2,6% yoy.

Sebelumnya, pada Juli 2024 AS mencatat inflasi 2,9% yoy, melandai lebih baik dibandingkan ekspektasi dan bulan sebelumnya sebesar 3% yoy.

Inflasi pada Juli telah melandai ke level terendah sejak Maret 2021. Inflasi mereda untuk tempat tinggal (5,1% vs 5,2%), transportasi (8,8% vs 9,4%) dan pakaian (0,2 vs 0,8%). Selain itu, harga terus menurun untuk kendaraan baru (-1% vs -0,9%) dan mobil dan truk bekas (-10,9% vs -10,1%) dan inflasi makanan stabil di 2,2%. Di sisi lain, biaya energi naik sedikit lebih banyak (1,1% vs 1%), terutama karena bensin (-2,2% vs -2,5%)..

Berikutnya, pada Kamis (12/9/2024) akan rilis data terkait pasar tenaga kerja terutama untuk data klaim pengangguran mingguan yang diperkirakan bertambah 231.000.

Data inflasi dan pasar tenaga kerja AS akan semakin melengkapi proyeksi pemangkasan suku bunga AS yang akan dipastikan pada pertemuan FOMC the Fed pada 18 September mendatang.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

- Inflasi AS periode Agustus 2024 

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

- RUPSLB BESS 

Berikut untuk indikator ekonomi RI :

Next Page Market Fokus Inflasi AS, Wall Street BeragamKa
Pages Next

Read more