liga188bet

2024-10-07 23:34:51  Source:liga188bet   

liga188bet,mimpi gigi geraham bawah copot menurut islam,liga188bet

Jakarta, CNBC Indonesia -Bank Indonesia (BI) buka suara merespons kondisi deflasi beruntun yang dialami Indonesia selama lima bulan beruntun Mei-September 2024.

Deputi Gubernur BI Juda Agung mengatakan, kondisi deflasi itu bukan sesuatu yang harus dikhawatirkan secara berlebihan, karena masih sesuai target inflasi BI.

Juda mengatakan, tekanan inflasi per September 2024 yang secara tahun ke tahun atau year on year sebesar 1,84% masih sesuai target BI di kisaran 2,5% plus minus 1%.

"Jadi masih dalam range. Kami tidak melihat itu sebuah pelemahan yang berlebihan dari perekonomian kita," ucap Juda Agung di Gedung BI, Jakarta, Rabu (2/10/2024).

Baca:
RI Deflasi 5 Bulan Beruntun Mirip 1998: Ini Bukan Cuma Urusan Perut!

Sebagaimana diketahui, deflasi lima bulan beruntun terjadi sejak Mei 2024 yang sebesar 0,03% secara bulanan, lalu berlanjut pada Juni 2024 sebesar 0,08%, dan Juli 2024 sebesar 0,18%. Lalu, pada Agustus 2024 sebesar 0,03%, dan per September 2024 makin dalam menjadi 0,12%.

Meski begitu, untuk data tahunan, inflasi masih terjadi sebesar 1,84%, dengan inflasi tahun kalender masih sebesar 0,74%.

"Jadi sebenarnya kalau kita lihat inflasi kita ini dalam beberapa terakhir sangat stabil sekitar 2% dan itu masih dalam range BI 2,5% plus minus 1%," ucap Juda Agung.

Sebelumnya, Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, beruntunnya deflasi dalam satu tahun kalender ini bukan pertama kalinya terjadi di Indonesia. Ia mengatakan, kondisi ini pernah terjadi saat Indonesia melalui krisis moneter (krismon) atau krisis finansial Asia pada 1998-1999.

"Tentunya kalau kita lihat dan mencermati data BPS pada 1999 setelah krisis finansial Asia Indonesia pernah mengalami deflasi 7 bulan berturut-turut Maret 1999 sampai September 1999 karena akibat dari penurunan harga beberapa barang saat itu," kata Amalia saat konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Selasa (1/10/2024).

Baca:
Bank di RI Rela Pangkas Cuan, OJK Jelaskan Alasannya

Amalia mengatakan, kondisi deflasi yang terjadi berturut-turut pada periode itu disebabkan penurunan harga beberapa barang setelah diterpa inflasi tinggi akibat depresiasi mendalam nilai tukar rupiah.

Selain periode inflasi tujuh bulan beruntun pada 1999, Amalia mengatakan, kondisi fenomena penurunan harga yang ada di dalam suatu wilayah itu juga sempat terjadi pada saat periode akhir 2008 sampai dengan awal-awal 2009. Penyebabnya ialah harga minyak dunia yang turun.

Deflasi beruntun ia katakan juga pernah terjadi selama tiga bulan pada periode Juli-September 2020. Sebagaimana diketahui, periode itu merupakan saat merebaknya krisis Pandemi Covid-19.

"Periode deflasi lainnya juga pernah terjadi pada 2008 sampai 2009 itu bulan Desember 2008 sampai Januari 2009 ini karena turunnya harga minyak dunia, dan di 2020 juga pernah terjadi deflasi 3 bulan berturut-turut sejak Juli-September 2020," ucap Amalia.


(arj/mij) Saksikan video di bawah ini:

Video: RI Alami Deflasi 5 Bulan Beruntun, Alarm Pelemahan Daya Beli

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Bappenas Ungkap Sederet Target dari World Water Forum 2024

Read more