wayantogel login

2024-10-08 00:19:01  Source:wayantogel login   

wayantogel login,pokercc link alternatif,wayantogel loginJakarta, CNN Indonesia--

Kepala Presidential Communication Office (PCO) Hasan Nasbi meluruskan maksud pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pembukaan Kongres NasDem pada Minggu (25/8) lalu yang menyinggung ada pihak yang datang beramai-ramai dan pergi meninggalkan ketika hendak pergi.

Hasan mengatakan perkataan Jokowi itu hanya guyonan yang disampaikan dalam acara salah satu parpol. Menurutnya publik tidak bisa serta merta mengartikan guyonan tersebut sebagai curhatan pribadi Jokowi.

"Menurut kami itu bukan berarti Pak Presiden mengatakan ada yang meninggalkan beliau, tapi lebih kepada melempar jokes segar dalam politik," kata Hasan di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (27/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lihat Juga :
Budi Arie Akui Ada Kecenderungan Jokowi Ditinggalkan Jelang Lengser

Begitu pula dengan elite partai politik lain. Menurutnya, apabila Jokowi diundang ke acara lain pun, misalnya PAN, ia akan bercanda dengan hal serupa.

"Jadi itu lebih kepada jokes-jokes segar dalam politik saja. Tidak ada maksud yang seperti dibayangkan oleh teman-teman seperti itu," kata dia.

Hasan kemudian mengklaim sampai hari ini pemerintahan berjalan baik. Dukungan terhadap pemerintahan Presiden Jokowi pun menurutnya berjalan solid hingga menjelang akhir masa jabatannya.

"Bahkan dari partai-partai yang kemarin juga punya pilihan politik berbeda, tetap staydan masih ada menteri-menterinya yang ada di Kabinet," ujarnya.

Presiden Jokowi sebelumnya menyinggung ada pihak yang datang beramai-ramai dan meninggalkan ketika hendak pergi.

Jokowi tak menjelaskan pihak yang ia maksud dalam pidatonya tersebut. Ia hanya mengatakan bahwa Surya Paloh dan NasDem tidak akan melakukan hal yang demikian.

"Biasanya datang itu ramai-ramai, terakhir begitu mau pergi, ditinggal ramai-ramai," kata Jokowi dalam pidatonya di pembukaan Kongres ke-III Partai NasDem, Jakarta, Minggu (25/8).

Dalam kesempatan itu, Jokowi juga menyinggung pernah mencapai kesepakatan, hanya berselang sepekan, kesepakatan itu berubah. Ia menyebut hal itu merupakan suatu hal yang lumrah dalam politik. Perbedaan merupakan suatu keniscayaan.

(khr/gil)

Read more