kingtoptoto wap

2024-10-07 23:41:51  Source:kingtoptoto wap   

kingtoptoto wap,buku mimpi 74,kingtoptoto wap

Daftar Isi
  • Pangkalan Militer Rusia Diguncang Ledakan
  • Putin Tambah Jumlah Tentara
  • Rusia Rebut Kembali Dua Desa di Kursk dari Ukraina
  • Ukraina Luncurkan Penyelidikan
  • NATO Dukung Ukraina Gunakan Senjata Jarak Jauh
  • Kremlin Kecam Meta
  • Doctors Without Borders Tutup Operasi di Rusia
  • Skandal Militer Rusia

Jakarta, CNBC Indonesia- Perang antara Rusia dan Ukraina masih terus berlangsung hingga kini dan telah memasuki hari ke-936 sejak Moskow menginvasi Kyiv pada 24 Februari 2022.

Sejumlah negara pun turut ambil bagian secara tidak langsung dalam perang tersebut, terutama negara-negara NATO yang telah memasok senjata untuk Ukraina.

Berikut update terbaru perang antara kedua negara tetangga tersebut, seperti dihimpun CNBC Indonesia dari berbagai sumber pada Rabu (18/9/2024).

Baca:
Pasukan Putin Ngamuk, Rebut Kembali 2 Wilayah Ini dari Tangan Ukraina

Pangkalan Militer Rusia Diguncang Ledakan

Sebuah ledakan mengguncang salah satu pangkalan militer strategis Rusia di wilayah Saratov, Senin malam waktu setempat. Ledakan dahsyat dilaporkan terdengar di area pangkalan udara Engels-2, yang menampung pembom strategis Rusia Tu-95 dan Tu-160.

Mengutip media Amerika Serikat (AS) Newsweek, Rabu (18/9/2024), laporan awal dikabarkan Canal 24Ukraina. Pangkalan militer tersebut terletak sekitar 500 mil di tenggara Moskow, dan telah menjadi sasaran beberapa kali selama perang.

Beberapa saluran Telegram juga membagikan rekaman yang konon menunjukkan saat ledakan terdengar di wilayah tersebut. Namun sayangnya, hingga berita diturunkan belum ada konfirmasi dari Rusia.

"Ledakan di lapangan terbang Engels di wilayah Saratov," kata seorang jurnalis Ukraina Andriy Tsaplienko, di saluran Telegramnya, membagikan rekaman video, yang mencatat bahwa militer Rusia menempatkan pesawat pembom Tu-95 di pangkalan udara tersebut.

"Meskipun belum jelas apa yang menyebabkan ledakan tersebut, kami akan terus memantau," tulis Tsaplienko.

Kyiv telah mengatakan bahwa pangkalan militer Rusia adalah target yang sah dalam perang kedua negara. Pasukan Ukraina juga secara teratur menargetkan lokasi itu menggunakan pesawat nirawak jarak jauh.

Putin Tambah Jumlah Tentara

Presiden Rusia Vladimir Putin telah memerintahkan militer negaranya untuk menambah jumlah tentaranya sebanyak 180.000. Ini merupakan ketiga kalinya ia menambah jumlah pasukannya sejak melancarkan invasi ke Ukraina pada Februari 2022.

Mengutip CNN International, peningkatan tersebut akan membuat jumlah keseluruhan personel militer Rusia menjadi hampir 2,4 juta, termasuk 1,5 juta tentara, menurut dekrit yang diterbitkan Kremlin pada Senin (16/9/2024). Staf baru tersebut akan mulai berlaku pada Desember.

Sejak 2022, Putin telah memerintahkan dua perluasan sebelumnya dalam jumlah pasukan tempur, selain mobilisasi cadangan militer dan wajib militer.

Pada Agustus 2022, Putin memerintahkan peningkatan 137.000 pasukan pada awal tahun baru, yang menjadikan staf militer menjadi lebih dari 2 juta personel, termasuk 1,15 juta tentara.

Bulan berikutnya, setelah serangan mendadak dan berhasil Ukraina yang membebaskan sebagian besar wilayah Kharkiv timur, Putin memerintahkan "mobilisasi parsial" segera warga negara Rusia. Mobilisasi tersebut berarti warga negara dengan pengalaman militer harus menjalani wajib militer dan cadangan militer dapat dipanggil.

Mobilisasi tersebut mendorong ratusan ribu orang meninggalkan negara itu - banyak di antaranya ke negara tetangga Georgia dan negara-negara bekas komunis lainnya di dekat perbatasan Rusia - dan memicu demonstrasi marah, khususnya di wilayah etnis minoritas Rusia yang telah menanggung beban utama dari upaya perekrutan sebelumnya.

Mobilisasi ditangguhkan pada November 2023 setelah para pejabat mengatakan target perekrutan 300.000 personel telah terpenuhi. Kemudian pada Desember, Putin memerintahkan perluasan resmi lainnya sebanyak 170.000 tentara, sehingga totalnya menjadi 1,32 juta.

Baca:
7 Update Perang Arab: Israel Kebobolan-AS Warning soal Hizbullah

Rusia Rebut Kembali Dua Desa di Kursk dari Ukraina

Pasukan Rusia menyebut telah merebut kembali kendali dua desa di wilayah Kursk baratnya dari Ukraina pada Senin (16/9/2024). Kabar ini disampaikan melalui laporan Kementerian Pertahanan Rusia.

Laporan tersebut, yang dikutip Reuters, menyebut pasukan Rusia telah merebut kembali permukiman Uspenovka dan Borki. Keduanya terletak sekitar 12 mil (20 km) terpisah di perbatasan dengan wilayah Sumy di Ukraina. Hingga kini, laporan tersebut belum dapat diverifikasi secara independen.

Seorang komandan senior Rusia dan blogger perang pro-Kremlin mengatakan minggu lalu bahwa Rusia telah memulihkan kendali atas sekitar 10 permukiman di wilayah tersebut.

Pasukan Rusia telah memerangi pasukan Ukraina di wilayah Kursk sejak 6 Agustus, ketika Kyiv mengejutkan Moskow dengan serangan asing terbesar di tanah Rusia sejak Perang Dunia Kedua.

Ukraina mengatakan pasukannya menguasai sekitar 100 desa di Kursk di wilayah seluas lebih dari 1.300 km persegi (500 mil persegi), yang dibantah oleh sumber-sumber Rusia.

Baca:
Militer Israel Makin Tak Terkendali, Amerika Serikat Frustrasi

Ukraina Luncurkan Penyelidikan

Kantor Kejaksaan Agung Ukraina mengatakan penyelidikan telah diluncurkan atas dugaan eksekusi seorang prajurit Ukraina dengan pedang oleh pasukan Rusia di kota Novohrodivka di wilayah Donetsk, Ukraina.

Kantor tersebut mengatakan bahwa penyelidikan dilakukan setelah sebuah pesan dipublikasikan di Telegram tentang insiden tersebut.

"Foto-foto yang dirilis menunjukkan bahwa penjajah menusukkan pedang ke tubuh seorang prajurit Angkatan Pertahanan Ukraina. Dalam gambar tersebut, prajurit yang terbunuh itu kehilangan peralatannya dan memiliki selotip di salah satu tangannya," katanya, seperti dikutip Al Jazeera.

Penyelidikan sedang dilakukan oleh Dinas Keamanan Negara Ukraina di wilayah Donetsk dan Luhansk.

NATO Dukung Ukraina Gunakan Senjata Jarak Jauh

Sekretaris Jenderal NATO yang akan lengser, Jens Stoltenberg, mengatakan bahwa ia menyambut baik pembicaraan tentang penggunaan rudal jarak jauh Ukraina untuk menyerang wilayah Rusia, tetapi keputusan apapun tentang masalah tersebut harus dibuat oleh sekutu secara individu.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah memohon kepada sekutu selama berbulan-bulan untuk membiarkan Ukraina menembakkan rudal Barat termasuk ATACMS AS jarak jauh dan Storm Shadows Inggris jauh ke Rusia untuk membatasi kemampuan Moskow dalam melancarkan serangan.

Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dan Presiden AS Joe Biden mengadakan pembicaraan di Washington pada akhir pekan lalu tentang apakah akan mengizinkan Kyiv menggunakan rudal jarak jauh terhadap target di Rusia. Tidak ada keputusan yang diumumkan.

"Saya menyambut baik perkembangan dan keputusan ini tetapi keputusan akhir ada di tangan sekutu secara individu," kata Stoltenberg kepada radio LBC. "Sekutu memiliki kebijakan yang berbeda tentang hal ini."

Beberapa pejabat AS sangat skeptis bahwa mengizinkan penggunaan rudal tersebut akan membuat perbedaan yang signifikan dalam pertempuran Kyiv melawan Rusia. Putin mengatakan Barat akan langsung memerangi Rusia jika negara itu mengizinkan Ukraina menyerang dengan rudal jarak jauh buatan Barat.

Saat ditanya tentang kemungkinan pembalasan Rusia, Stoltenberg mengatakan "tidak ada pilihan yang bebas risiko dalam perang".

"Namun saya tetap percaya bahwa risiko terbesar bagi kita, bagi Inggris, bagi NATO, adalah jika Presiden Putin menang di Ukraina," imbuhnya.

Baca:
Militer Rusia Diguncang Skandal Suap, Putin 'Bersih-Bersih' Koruptor

Kremlin Kecam Meta

Meta mengatakan pihaknya melarang outlet media pemerintah Rusia dari aplikasinya di seluruh dunia, Aturan ini memicu reaksi marah dari Kremlin.

Kremlin pada Selasa mengecam keputusan tersebut sebagai "tidak dapat diterima".

"Dengan tindakan ini, Meta mendiskreditkan dirinya sendiri," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan.

Menurut dakwaan yang dibuka, larangan ini muncul setelah Amerika Serikat menuduh RT dan karyawan media milik pemerintah itu menyalurkan US$10 juta melalui entitas cangkang untuk secara diam-diam mendanai kampanye pengaruh di saluran media sosial termasuk TikTok, Instagram, X, dan YouTube.

"Setelah pertimbangan yang cermat, kami memperluas penegakan hukum yang sedang berlangsung terhadap media milik pemerintah Rusia," kata Meta pada Senin, seperti dikutip AFP.

"Rossiya Segodnya, RT, dan entitas terkait lainnya sekarang dilarang dari aplikasi kami secara global karena aktivitas campur tangan asing," kata Meta, yang aplikasinya meliputi Facebook, Instagram, WhatsApp, dan Threads.

Rusia adalah sumber terbesar operasi pengaruh rahasia yang diganggu oleh Meta di platformnya sejak 2017, dan upaya pengaruh daring yang menipu tersebut meningkat setelah invasi Rusia ke Ukraina, menurut laporan ancaman yang dirilis secara rutin oleh raksasa media sosial tersebut.

Doctors Without Borders Tutup Operasi di Rusia

Lembaga amal medis Doctors Without Borders mengatakan akan meninggalkan Rusia setelah 32 tahun. Keputusan dilakukan menyusul aturan Kementerian Kehakiman untuk menghapusnya dari daftar organisasi asing yang disetujui.

Kelompok bantuan tersebut, yang juga dikenal dengan nama berbahasa Prancisnya Medecins Sans Frontieres dan akronim MSF, mengatakan akan mempertahankan kantor cabangnya di Moskow, tetapi operasinya - yang dijalankan oleh afiliasinya di Belanda - telah berhenti. MSF Belanda yang pendaftarannya ditarik, kata juru bicara kelompok tersebut dalam sebuah email.

MSF telah berada di Rusia sejak 1992 dan telah mengoperasikan program yang menyediakan bantuan bagi para tunawisma dan migran, perawatan tuberkulosis, dan perawatan kesehatan umum, termasuk untuk penyakit menular seperti HIV.

Kelompok bantuan tersebut mengatakan telah memberikan bantuan kepada lebih dari 52.000 orang yang menyeberang ke Rusia dari Ukraina atau orang-orang yang mengungsi di dalam negeri di Rusia sejak invasi besar-besaran Moskow ke Ukraina pada tahun 2022.

Skandal Militer Rusia

Rusia telah mendakwa dua pejabat militer dengan tuduhan menerima suap. Ini merupakan serangkaian penangkapan baru yang terkait dengan dugaan korupsi di Kementerian Pertahanan.

Ivan Populovsky, kepala kantor perwakilan militer, dan bawahannya, Grigory Zorin, adalah pejabat terbaru yang ditangkap. Penyidik menuduh bahwa keduanya menerima suap dari dua perusahaan yang memasok barang-barang listrik dan kabel ke kementerian.

Komite Investigasi mengumumkan pada Senin (16/9/2024) bahwa keduanya telah mengakui menerima suap senilai US$120.000 (Rp1,8 miliar) selama tiga tahun terakhir.Sebagai balasan uang tersebut, Populovsky dan Zorin diharapkan untuk melemahkan pengawasan dan memberikan "hak istimewa dan preferensi lain" kepada perusahaan-perusahaan tersebut ketika melaksanakan kontrak negara.

"Selama penyelidikan, para terdakwa mengaku bersalah," kata penyidik, seperti dikutip Al Jazeera.

Mereka menambahkan bahwa keterlibatan mereka dalam kejahatan serupa lainnya "sedang diselidiki".

Di tengah serangan militer di Ukraina, Moskow telah menangkap sedikitnya selusin pejabat militer atas tuduhan korupsi sejak April lalu.


(luc/luc) Saksikan video di bawah ini:

Video: Ngeri Putin Ngamuk, Jet Tempur NATO Berjaga di Perbatasan Rusia

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Pasukan Putin Merajalela, Tanda Kemenangan Rusia Makin Terang

Read more