kode alam lalat

2024-10-08 05:42:50  Source:kode alam lalat   

kode alam lalat,planet4d wap,kode alam lalatJakarta, CNN Indonesia--

Rusia-Chinadan Amerika Serikattampak berebut pengaruh di ASEAN untuk memperluas pengaruhnya.

Untuk mengatasi kondisi ini sekaligus menjaga sentralitas blok, Indonesia harus bagaimana?

Lihat Juga :
KILAS INTERNASIONALInggris Kesal Ukraina Minta Senjata hingga Pita Gagal Jadi PM Thailand

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

China sementara itu, terus berusaha mendekati ASEAN terlihat dari begitu mudah mereka menanam modal di sejumlah negara Asia Tenggara. Pemerintah Beijing juga memiliki pangkalan militer di Kamboja.

[Gambas:Video CNN]

AS, menurut pengamat, tak begitu menaruh perhatian ke ASEAN. Namun, kepentingan mereka justru di wilayah maritim untuk mengimbangi pengaruh China.

Negeri Paman Sam memiliki pangkalan militer di Singapura dan Filipina. Di Filipina, mereka bahkan berencana menambah empat pangkalan militer baru.

Menyoal berebut pengaruh ASEAN, guru besar hukum internasional dari Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, menilai posisi blok ini bagi ketiga negara tersebut sangat penting. Ia merinci sejumlah faktor yang membuat blok ini punya daya tawar.

Lihat Juga :
PM Anwar Ibrahim Sambut Baik UAS di Malaysia, Saling Berpelukan

"ASEAN itu pasar yang menjanjikan karena penduduknya lebih dari 660 juta dan kelas menengahnya berkembang terus. Ekonomi [juga] nomor 7 dunia," ujar Hikmahanto kepada CNNIndonesia.com, Kamis (14/7) malam.

Lebih lanjut, Hikmahanto menerangkan dalam persaingan negara besar, siapa saja yang bisa menguasai ASEAN akan unggul dibanding negara lain.

"Sehingga ASEAN menjadi medan persaingan, yang kalau dalam bahasa militer, medan perangnya," ungkap dia.

Pengamat dari Pusat Studi Strategis dan Internasional Waffaa Kharisma punya penilaian yang berbeda. Ia menduga ASEAN menjadi rebutan negara adikuasa karena banyak inisiatif regional yang mendorong kerja sama antar negara.

Lihat Juga :
Putin: Bos Wagner Tolak Tawaran Gabung Militer Rusia usai Berontak

"Untuk beberapa aspek kerjasama tertentu, sulit mengabaikan ASEAN secara kolektif. Makanya negara-negara besar memperhatikan ASEAN dan datang, bahkan berlomba jadi ASEAN dialogue partner," ujar Waffaa.

AS, China, dan Rusia, lanjut dia, menyadari daya tawar ASEAN. Ketiganya memasukkan ASEAN ke dalam kerangka kerja sama yang patut diperhitungkan.

Daya tarik bagi ASEAN itu ditentukan dari konsistensi, prediktabilitas performa secara ekonomi, dan stabilitas kawasan.

Lanjut baca di halaman berikutnya...

Di tengah perebutan pengaruh itu, apa yang harus dilakukan Indonesia?

Waffaa mengatakan Indonesia tetap harus memelihara sistem bebas-aktif.

"Secara umum sikapnya [Indonesia] perlu independen, tidak didikte oleh negara manapun, tetapi juga tidak pasif menghadapi hal-hal yang berpotensi mengerosikan kepentingan nasional kita,"

Menurut dia, Indonesia juga perlu mengadvokasikan pandangan yang serupa ke negara anggota ASEAN lain.

Lihat Juga :
Calon Tunggal PM Thailand Gagal Raih Suara Mayoritas, Apa Selanjutnya?

Beberapa negara anggota cenderung merapat ke negara besar. Singapura dan Filipina misalnya memiliki hubungan yang dekat dengan AS, sementara Kamboja dekat dengan China.

"Kita perlu yakinkan bahwa dalam jangka panjang, kepentingan mereka akan terlayani dengan lebih baik jika mereka mempertahankan tingkat otonomi dan keagenan sebagai bagian dari kolektif ASEAN," imbuh Waffaa.

Salah satu caranya, Indonesia harus mampu membangun pengaruh pelan-pelan di negara lain yang tak begitu banyak punya pilihan. Tak punya pilihan yang Waffa maksud seperti negara tertentu yang punya hubungan dekat dengan negara besar sejak lama, atau secara wilayah lebih dekat ke negara besar.

"Ini modalnya besar. [Namun] untuk saat ini, [Indonesia] hanya menjual visi komunitas ASEAN, dengan harapan mereka menyadari bahwa bersama partner [ASEAN], mereka sama bermanfaatnya atau lebih nyaman daripada bersandar pada satu negara adidaya," ujar Waffaa.

Lihat Juga :
Menlu AS hingga Rusia Kompak Pakai Batik di Pertemuan dengan ASEAN

Hikmahanto juga memiliki pandangan serupa soal upaya Indonesia. Menurut dia, RI harus pandai untuk mengkompromikan kepentingan negara yang telah berpihak.

Ia lalu memberi contoh agar tidak terjadi konflik terbuka di Laut China Selatan maka Indonesia selalu mengedepankan supaya negara terkait menggelar dialog.

Disamping itu, Indonesia juga berinisiatif membuat kode etik (Code of Conduct/CoC) meski sampai hari ini masih dibahas.

"Indonesia sangat pantas mengambil peran ini karena kita mempunyai polugri (politik luar negeri) yang bebas aktif," ungkap dia.

Read more