paito newyorkeve

2024-10-08 00:02:52  Source:paito newyorkeve   

paito newyorkeve,mimpi gigi copot bawah togel,paito newyorkeve

Jakarta, CNBC Indonesia -Pergerakan rupiah dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS) masih menghadapi sejumlah tantangan, termasuk pada akhir pekan ini (4/10/2024) ada penantian data tenaga kerja AS.

Melansir Refinitiv, rupiah ditutup di angka Rp 15.415/US$ pada Kamis (3/10/2024), melemah 1,02% dari sehari sebelumnya.

Pelemahan ini menjadikan rupiah berada di posisi paling lemah sebulan lalu atau tepatnya, 12 September 2024. Selama perdagangan pekan ini mata uang Garuda telah anjlok 1,95%.

Depresiasi tersebut menandai empat hari beruntun rupiah keok terhadap dolar AS.

Pergerakan rupiah melemah terutama terkait dengan kondisi Timur Tengah yang masih panas dan menciptakan ketidakpastian.

Iran pada awal bulan ini melancarkan serangan rudal besar-besaran ke Israel yang langsung dibalas dengan janji balasan dari Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

Ketegangan ini meningkatkan kekhawatiran pelaku pasar akan lonjakan harga minyak dunia, yang dikhawatirkan akan naik tajam jika serangan berlanjut ke ladang minyak Iran.

Ketika harga minyak menguat, inflasi berpotensi meningkat. Ujungnya adalah kebijakan moneter yang mulai longgar bisa jadi akan ketat lagi. Era suku bunga tinggi mungkin saja akan bertahan lebih lama. Hal tersebut yang tidak diinginkan oleh para investor, tercermin dari depresiasi di pasar keuangan.

Baca:
Cobaan Belum Usai! Inflasi Global Rawan Naik Lagi, Awas Gejolak Pasar

Pada hari terakhir perdagangan pekan ini, investor masih saja dibuat was-was karena data-data penting ketenagakerjaan Amerika Serikat.

Klaim data pengangguran Amerika Serikat (AS), untuk pekan yang berakhir 28 September 2024, meningkat dibandingkan pekan sebelumnya dan lebih tinggi dari perkiraan.

Klaim awal untuk tunjangan pengangguran negara meningkat sebanyak 6.000 minggu lalu menjadi 225.000 yang disesuaikan secara musiman untuk minggu yang berakhir pada tanggal 28 September. Ekonom yang disurvei oleh Reuters telah memperkirakan 220.000 klaim untuk minggu terakhir.

Klaim yang belum disesuaikan turun 1.066 menjadi 180.647 minggu lalu. Namun, penurunan tersebut lebih kecil dari penurunan 5.692 yang diantisipasi oleh model yang digunakan pemerintah untuk menghilangkan fluktuasi musiman dari data.

Akibatnya, klaim yang disesuaikan secara musiman meningkat. Hanya Michigan yang melaporkan pengajuan di atas 1.000 minggu lalu.

Klaim keseluruhan berada pada tingkat yang konsisten dengan pasar tenaga kerja yang stabil, yang ditopang oleh rendahnya angka PHK.

Baca:
Diam-Diam AS Frustrasi Lihat Israel, Biden-Netanyahu Mulai Cekcok

Kemudian dilanjutkan data Non-Farm Payrolls AS pada hari ini, dengan konsensus berada di angka 142.000, menandakan potensi perlambatan di sektor pekerjaan.

Tingkat pengangguran yang diproyeksikan stabil di 4.2%, serta pertumbuhan gaji per jam yang diantisipasi melemah, menjadi penentu apakah Federal Reserve akan melunak di pertemuan berikutnya.

Data tenaga kerja sangat penting bagi para pelaku pasar untuk memperkirakan langkah selanjutnya dari bank sentral AS The Federal reserve atau The Fed setelah Chairman Jerome Powell mengisyaratkan pemangkasan suku bunga akan berlanjut sampai akhir tahun.

Sebelumnya, Chairman bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell mengisyaratkan pemangkasan suku bunga akan berlanjut sampai akhir tahun. Namun, pemangkasan akan dilakukan secara bertahap dan tidak akan mencapai 50 basis points (bps) masing-masing di November dan Desember.

Baca:
Sentimen Global Makin Memburuk, IHSG Betah Parkir di Zona Merah

Powell menjelaskan jika ekonomi berjalan sesuai ekspektasi, kemungkinan akan ada dua pemotongan suku bunga lagi tahun ini dengan total 50 bps. Artinya, suku bunga kemungkinan akan dipangkas sebesar 25 bps masing-masing pada November dan Desember.

Pernyataan Powell mengecewakan pelaku pasar yang berharap The Fed akan tetap agresif dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan datang dengan memangkas 50 bps.

Teknikal Rupiah

Pergerakan rupiah dalam melawan dolar AS sejauh ini masih dalam tren pelemahan. JIka masih lanjut melemah mata uang Garuda potensi bergerak menyentuh resistance terdekat di Rp15.450/US$ yang diambil dari high candle intraday 9 September 2024.

Sementara untuk support atau posisi yang dicermati jika ada pembalikan arah menguat ada di Rp15.370/US$ yang bertepatan dengan garis rata-rata selama 20 jam atau Moving Average/MA 20.

Pergerakan rupiah melawan dolar ASFoto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

CNBC INDONESIA RESEARCH


(tsn/tsn) Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Merosot, Sentimen Global Masih Jadi Biang Kerok

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Tekanan Indeks Dolar AS Melemah, Akankah Rupiah Menguat?

Read more