vegasslot777

2024-10-08 00:02:02  Source:vegasslot777   

vegasslot777,cukuran rambut two block,vegasslot777

Jakarta, CNBC Indonesia -Neraca perdagangan diproyeksi masih berada di zona surplus periode Agustus 2024. Surplus kali ini diperkirakan lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya di tengah harga komoditas crude palm oil (CPO) yang meningkat.

Sebagai catatan, Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data perdagangan internasional Indonesia periode Agustus 2024 pada Selasa (17/8/2024).

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesiadari sembilan lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Agustus 2024 akan mencapai US$1,82 miliar.

Surplus tersebut naik dibanding Juli 2024 yang mencapai US$0,47 miliar. Jika neraca perdagangan kembali mencetak surplus, Indonesia sudah membukukan surplus selama 52 bulan beruntun sejak Mei 2020.

Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor masih akan tumbuh 3,18% (year on year/yoy) sementara impor juga naik 7,82% yoy pada Agustus 2024.

Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro mengatakan bahwa surplus neraca perdagangan Indonesia bahkan dapat menyentuh US$2,04 miliar pada Agustus 2024.

"Kami memproyeksikan bahwa neraca perdagangan Indonesia akan mencatat surplus yang lebih besar sebesar US$2,04 miliar pada Agustus 2024, meningkat dari US$0,47 miliar pada bulan sebelumnya, sejalan dengan penurunan impor bulanan yang lebih besar dibandingkan dengan ekspor," ujar Andry.

Bank Mandiri juga memperkirakan permintaan ekspor tetap positif, tumbuh sebesar 0,55% year on year/yoy atau -0,4% month on month/mom, didorong oleh permintaan yang kuat dari mitra dagang utama Indonesia (Uni Eropa/UE, ASEAN, Korea Selatan, dan China).

Sebagai catatan, pada laporan Juli 2024, BPS mencatat ekspor ke China, ASEAN, dan UE mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan periode Juni 2024 yakni masing-masing sebesar 3,43%, 2,77%, dan 19%.

Selain itu harga komoditas CPO juga terpantau mengalami kenaikan sebesar 1,76% sepanjang Agustus 2024 dari sebelumnya MYR3.908/ton menjadi MYR3.977/ton pada akhir Agustus 2024.

Lebih lanjut, Kementerian Perdagangan menunjukkan Harga Referensi (HR) komoditas minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) untuk penetapan bea keluar (BK) dan tarif Badan Layanan Umum Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (tarif BLU BPDP-KS), atau dikenal sebagai Pungutan Ekspor (PE), periode 1-31 Agustus 2024 sebesar US$820,11/MT. Nilai ini meningkat sebesar US$19,37 atau 2,42% dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar US$800,75/MT.

Hal ini tentu memberikan benefit bagi perusahaan CPO yang berorientasi ekspor.

Bank Mandiri juga berekspektasi bahwa pertumbuhan tahunan ekspor yang masih positif didukung oleh kenaikan harga CPO sebesar 5,6% yoy atau 1,2% mom pada Agustus 2024.

Sedangkan dari sisi impor, diperkirakan masih tetap tumbuh namun cenderung lebih kecil mengingat harga minyak dunia yang terus mengalami penurunan bahkan hingga pertengahan September 2024.

Moderasi harga minyak global yang dipicu oleh sentimen negatif, terutama terkait dengan kekhawatiran akan permintaan minyak yang lebih lemah dari China, serta proyeksi harga yang lebih rendah dari OPEC dan EIA. Apresiasi rupiah sebesar 3,10% mom juga diharapkan berkontribusi pada pertumbuhan impor yang lebih rendah pada Agustus 2024.

Dengan kata lain, rendahnya harga minyak global disertai dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terus menguat membuat biaya impor minyak global cenderung tidak cukup besar sehingga neraca dagang diperkirakan masih dapat memperpanjang tren surplus.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev) Saksikan video di bawah ini:

Prabowo: Hilirisasi Mutlak, Tidak Bisa Ditawar!

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">

Read more