abjad 3d

2024-10-08 06:31:13  Source:abjad 3d   

abjad 3d,idn. score808,abjad 3d

Jakarta, CNBC Research -Pemerintah Indonesia terus mendorong ketahanan pangan melalui berbagai inisiatif, termasuk gerakan makan gratis untuk anak-anak guna mencegah stunting, dengan menekankan pentingnya konsumsi protein hewani seperti susu. Namun, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam produksi susu sapi, di mana inseminasi buatan pada 2024 belum cukup untuk memenuhi kebutuhan susu nasional.

Menurut Badan Pusat Statistik, hanya sekitar 22,7% kebutuhan susu yang dipenuhi dari produksi dalam negeri, sementara sisanya diimpor. Untuk mengatasi ketergantungan ini, pemerintah mulai mencari alternatif, salah satunya dengan meluncurkan susu ikan sebagai solusi inovatif guna memastikan kebutuhan nutrisi masyarakat tetap tercukupi.

Baca:
Daya Beli Lemah Benar Nyata! Warga RI Mulai Tahan Pinjol Untuk Belanja



Tren konsumsi susu ikan bukanlah hal baru di beberapa negara. Di negara-negara seperti Jepang dan Korea, produk olahan ikan seperti bubuk protein ikan telah lama menjadi bagian dari diet sehari-hari. Penggunaan susu atau bubuk protein ikan semakin populer di negara-negara ini karena kandungan proteinnya yang tinggi, serta manfaat kesehatan seperti peningkatan kesehatan otak dan kardiovaskular. Selain itu, di Afrika dan India, susu ikan mulai diadopsi sebagai solusi untuk memperkuat ketahanan pangan di tengah keterbatasan sumber protein lain



Data dari Future Markets Insights menunjukkan bahwa pasar bubuk protein ikan diproyeksikan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata (CAGR) sebesar 6,6% dari 2024 hingga 2034. Pertumbuhan ini dipicu oleh meningkatnya permintaan terhadap makanan olahan yang mengandung bahan berkualitas tinggi, terutama di negara-negara dengan populasi non-vegetarian yang besar seperti India, Tiongkok, dan Jepang. Di negara-negara ini, susu dan bubuk ikan digunakan tidak hanya dalam produk makanan manusia, tetapi juga dalam industri pakan ternak dan akuakultur.

Susu ikan memiliki beberapa keunggulan dibandingkan susu sapi, salah satunya adalah kandungan proteinnya yang lebih tinggi, serta tingkat penyerapan yang mencapai 96%. Selain itu, susu ikan bebas alergen dan mengandung omega-3, EPA, dan DHA yang sangat penting untuk perkembangan otak dan kesehatan jantung. Dengan demikian, susu ikan tidak hanya menjadi solusi jangka pendek untuk mengatasi kekurangan pasokan susu sapi, tetapi juga menawarkan manfaat kesehatan jangka panjang yang sangat signifikan bagi konsumen.

Namun, tantangan utama dalam produksi susu ikan di Indonesia adalah adaptasi industri perikanan untuk dapat memproduksi secara massal. Meskipun Indonesia memiliki sumber daya laut yang melimpah, teknologi pengolahan susu ikan masih memerlukan pengembangan agar dapat memenuhi kebutuhan pasar domestik dan internasional. Selain itu, efisiensi produksi juga menjadi perhatian penting, terutama dalam hal waktu pemrosesan dan kapasitas produksi di tingkat industri.

Baca:
Masih Panas Dingin, Harga Emas Bertahan di Atas US$ 2.500

Dengan inovasi seperti susu ikan, Indonesia dapat lebih mandiri dalam hal ketahanan pangan, khususnya dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Sebagai negara dengan perairan yang kaya, susu ikan berpotensi menjadi solusi berkelanjutan untuk menggantikan susu sapi yang produksinya terbatas. Jika ditopang oleh teknologi yang tepat dan kebijakan yang mendukung, susu ikan bisa menjadi produk unggulan yang tidak hanya meningkatkan kesehatan masyarakat, tetapi juga memperkuat daya saing industri perikanan Indonesia di pasar global.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(emb/emb) Saksikan video di bawah ini:

Prabowo: Hilirisasi Mutlak, Tidak Bisa Ditawar!

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">

Read more