master toto president group

2024-10-08 01:46:44  Source:master toto president group   

master toto president group,oke 4d,master toto president group

Jakarta, CNBC Indonesia -Melemahnya industri manufaktur di tanah air mendorong banyaknya pengangguran baru. Hal ini terbukti dari meningkatnya data Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) hingga naiknya status kepersertaan non aktif BPJS Ketenagakerjaan. Dengan peningkatan pengangguran, tentu mendorong naiknya klaim BPJS Ketenagakerjaan.

Peningkatan jumlah PHK dalam negeri, mendorong peningkatan jumlah kepesertaan non aktif BPJS Ketenagakerjaan. Tercatat jumlah kepesertaan non aktif BPJS Ketenagakerjaan periode Juli 2024 menjadi 20.023.659 peserta, angka tersebut naik 0,12% dari periode Juni 2024 sebesar 19.998.867 peserta.

Baca:
Muncul Awan 'Tsunami' di RI, Lebih Bahaya dari Gempa Megathrust?

Diketahui, angka 20.023.659 peserta yang tidak aktif dari BPJS Ketenagakerjaan, terdiri dari 18.883.097 peserta penerima upah dan 1.140.562 dari peserta bukan penerima upah.

Pekerja penerima upah adalah setiap orang yang bekerja pada pemberi kerja dengan menerima gaji atau upah. Dan pekerja bukan penerima upah adalah setiap orang yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri.

Meningkatnya jumlah PHK dalam negeri juga mendorong peningkatan klaim pada BPJS Ketenagakerjaan. Hingga 31 Juli 2024 BPJS Ketenagakerjaan telah membayarkan manfaat JKP sebanyak 32.931 klaim, atau meningkat 8,7% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Tercatat total klaim yang dibayar BPJS Ketenagakerjaan tersebut sebesar Rp237,04 miliar. Adapun, dana kelolaan program JKP hingga 31 Juli 2024 sebesar Rp13,43 triliun.

Menurut data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), jumlah pekerja yang ter-PHK pada periode Januari-Juni 2024 mencapai 32.064 orang. Angka tersebut naik 21,4% dari periode yang sama tahun lalu sebanyak 26.400 orang.

Bahkan dalam periode Januari-Juli 2024, jumlah pekerja yang ter-PHK kembali melonjak tinggi mencapai 42.863 orang.

Baca:
Manufaktur RI Hancur Lebur: Perusahaan Banyak Bangkrut, Banjir PHK

Tenaga kerja yang ter-PHK akibat banyaknya perusahaan di Indonesia pun mengalami bangkrut/pailit. Rendahnya penjualan dan tidak adanya order di industri tekstil dan produk tekstil (TPT) menyebabkan pabrik akhirnya tutup.

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) Ristadi mengatakan PHK di pabrik-pabrik TPT ini mulanya sebagai langkah efisiensi yang dilakukan perusahaan.

"Sebetulnya kami ada data 36 perusahaan tekstil menengah besar yang tutup dan 31 pabrik lainnya melakukan PHK karena efisiensi. Ini data kami kumpulkan sejak tahun 2019. Dan ini baru hanya pabrik yang tempat anggota kami bekerja. Belum termasuk data pemerintah dan Apindo," kata Ristadi kepada CNBC Indonesia, dikutip Minggu (30/6/2024)

Ristadi mengatakan, lokasi pabrik-pabrik gulung tikar itu ada di pusat-pusat industri TPT. Di antaranya di Jawa khususnya di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Banten. Mulai dari Kabupaten Serang, Tangerang, Bandung, Semarang, Sukoharjo, Karanganyar, hingga Pekalongan.

Baca:
RI Harus Belajar ke Sini, 5 Negara Maju Sudah Konsumsi Susu Ikan

Baru-baru ini perusahaan PT Aditec Cakrawiyasa yang telah dikenal sebagai produsen kompor gas, regulator dan selang dengan merek Quantum, resmi dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga, Pengadilan Negeri, Jakarta Pusat pada 22 Juli 2024.

Direktur PT Aditec Cakrawiyasa Iwan Budi Buana mengungkapkan penyebab dari ambruknya perusahaan bukan terjadi serta merta langsung, melainkan karena proses yang sudah lama yakni menurunnya penjualan.

"PKPU (Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang) 2019, kita coba jalan pasca-Covid, tapi jualan agak drop, sedangkan fix cost naik terus," ungkap Iwan kepada CNBC Indonesia di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin (9/9/2024).


CNBC Indonesia Research

[email protected]

(saw) Saksikan video di bawah ini:

Prabowo: Hilirisasi Mutlak, Tidak Bisa Ditawar!

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">

Read more